profil;

profil;

Selasa, 07 Juni 2011

Panduan Pengurusan Ayam

Pengurusan anak ayam.
Dalam artikel ini, yang akan informasi peternakan ayam uraikan adalah, Panduan pengurusan ayam pembiak cobb 500. walaupun panduan yang akan di tulis mengenai pengurusan ayam cobb, akan tetapi cara/teknik pengurusan secara dasarnya atau garis besarnya semua jenis ayam pengurusan nya adalah sama.

Kalau pengurusan dari umur 0 hari sampai umur 2 minggu akan mengalami banyak kesamaan, dan boleh diterapkan peda pemeliharaan jenis ayam apa saja, Misalnya anda sangat faham dan mengerti teknik pemeliharaan anak ayam (DOC) ayam petelur, jadi skill anda tidak ada salahnya jika di terapkan pada ayam jenis broiler misalnya, di karenakan Tujuan pemeliharaan ayam dari umur 1 hari sampai satu minggu adalah bagai mana sebisa mungkin caranya agar bisa mengendalikah suhu ayam sebagai mana yang di butuhkan pada masa itu (masa eraman).

Selain kondisi pakan atau air yang juga harus di perhatikan, Suhu yang baik juga sangat begitu membantu terhadap pertumbuhan anak ayam tersebut.

Jadi yang saya maksud adalah walaupun panduan buat ayam cobb (PS) pada dasarnya, akan tetapi tidak ada salahnya panduan ini di aplikasikan kepada pemeliharaan ayam-ayam lain nya, seperti ayam kampung (jenis komersial) atau ayam kampung semi intensif atau intensif, ayam potong, ayam petelur dan ayam ayam yang lain.

sepakbola lucu

Senin, 06 Juni 2011

DATA MONOGRAFI KELURAHAN DAN DESA CIKALANG KECAMATAN TAWANG KOTA TASIKMALAYA


1.BATAS WILAYAH:
.SEBELAH UTARA         LENGKONG SARI
.SEBELAH SELATAN    KAHURIPAN
.SEBELAH TIMUR           SETIA RATU
.SEBELAH BARAT          EMPANG SARI

2.LUAS WILAYAH

.LUAS PEMUKIMAN      :133,265 ha
.LUAS PERSAWAHAN :25,45 ha
.LUAS KUBURAN           :1 ha
.LUAS TAMAN                  :0,5 ha
.PERKOTAAN                   :0,5 ha
.PRA SARANA UMUM :0,5 ha


3.LUAS TANAH SAWAH

.SAWAH IRIGASI
  a.Teknis            :25,45 ha


4.TANAMAN PANGAN

.PEMUKIMAN LAHAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN
.JUMLAH KELUARGA MEMILIKI TANAH PERTANIAN 350 KELUARGA
.TIDAK MEMILIKI 2635 KELUARGA
.MEMILIKI KURANG DARI 1ha 305 orang
.MEMILIKI 1-5 ha 150 KELUARGA
.MEMILIKI 5-10 ha 105 KELUARGA




5.JENIS POPULASI TERNAK

.SAPI JUMLAH PEMILIK 70 ORANG POPULASI 18 EKOR
.AYAM KAMPUNG JUMLAH PEMILIK 85 ORANG POPULASI 483 EKOR
.BEBEK JUMLAH PEMILIK 60 ORANG POPULASI 200 EKOR
.KAMBING JUMLAH PEMILIK 12 ORANG POPULASI 30 EKOR
.DOMBA JUMLAH PEMILIK 6 ORANG POPULASI 13 EKOR


6.POTENSI SUMBER DAYA ALAM

.LAKI-LAKI                         :5922 ORANG
.PEREMPUAN                  :5952 ORANG
.TOTAL                                :11847 ORANG
.KEPALA KELUAR         :3050 ORANG


7.TINGGKAT PENDIDIKAN

.TK            
  .LAKI-LAKI                       :630 ORANG
  .PEREMPUAN                :434 ORANG

.SD
 .LAKI-LAKI                       :733 ORANG
  .PEREMPUAN                :612 ORANG

.SMP
  .LAKI-LAKI                     :861 ORANG
   .PEREMPUAN               :1041 ORANG

.SMA
  .LAKI-LAKI                       :1392 ORANG
  .PEREMPUAN                :1674 ORANG

.D1
  .LAKI-LAKI                       :21 ORANG
  .PEREMPUAN                :18 ORANG

.D2
  .LAKI-LAKI                     :64 ORANG
   .PEREMPUAN               :72 ORANG
.D3
  .LAKI-LAKI                       :63 ORANG
  .PEREMPUAN                :104 ORANG

.S1
  .LAKI-LAKI                     :338 ORANG
   .PEREMPUAN               :226 ORANG

.S2
  .LAKI-LAKI                     :23 ORANG
   .PEREMPUAN               :21 ORANG

.S3
  .LAKI-LAKI                     :1 ORANG


8.MATA PENCAHARIAN PENDUDUK
.PETANI                                                                              :31 ORANG
.BURUH TANI                                                                   :24 ORANG
.PNS                                                                                     :350 ORANG
.PENGRAJIN INDUSTRI                                               :162 ORANG
.PETERNAK                                                                      :14 ORANG
.DOKTER SWASTA                                                        :6 ORANG
.KARYAWAN SWASTA                                  :348 ORANG
.PENSIUNAN PNS/POLRI/TNI                                  :201 ORANG
.PENGACARA                                                                   :6 ORANG
.NOTARIS                                                                           :1 ORANG

9.AGAMA
 .ISLAM                :- 5895 ORANG LAKI-LAKI
                                 -  5900 ORANG PEREMPUAN
.KRISTEN           :- 25 ORANG LAKI-LAKI
                                 -23 ORANG PEREMPUAN
.KHATOLIK        :-2 ORANG LAKI-LAKI
                                 -2 ORANG PEREMPUAN


.BIDANG PETERNAKAN
.JUMLAH RUMAH TANGGA PETERNAKAN                                        :116 KELUARGA
.JUMLAH RUMAH TANGGA BURUH PETERNAK                             :11 KELUARGA
.JUMLAH ANGGOTA RUMAH TANGGA BURUH TERNAK            :44 ORANG



.STRUKTUR  MATA PENCAHARIAN  MENURUT SEKTOR
.PERTANIAN                                                    :22 ORNG
.BURUH TANI                                                   :38 ORANG
.PEMILIK USAHA PETERNAKAN            :116 ORANG
.BURUH USAHA PETERNAKAN              :11 ORANG
.PERIKANAN                                                    :15 ORANG

Flu Burung Baru Secuil Masalah Peternakan di Indonesia

Bogor, CyberNews. Jika Indonesia ingin memimpin era perdagangan bebas ASEAN dan China 2010, sektor peternakan dan kesehatan hewan harus memiliki ketangguhan prima. Indonesia harus mampu menghadapi gempuran kompleksitas masalah dunia peternakan dan kesehatan hewan.Demikian kesimpulan Seminar Nasional Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia yang diadakan di Kampus IPB Darmaga Bogor, Sabtu (26/3), dengan tema ”Peranan Profesi Dokter Hewan di Era Pasar Bebas Asean-China 2010 Dalam Pengembangan Agribisnis Pertanian dan Kesehatan Hewan”. Seminar dihadiri Kepala Badan Karantina Pertanian Drh Budi Triakoso PhD mewakili Menteri Pertanian RI bertindak sebagai keynote speaker, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Dr Drh Heru Setijanto bertindak sebagai tuan rumah.
Hadir juga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Prof Dr Ir Rochmin Dahuri, Direktur Kesehatan Hewan Drh Tri Satya Naikpospos MPhill PhD, Sekjen Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) yang juga Direktur Rumah Sakit Hewan Jakarta Drh Wiwiek Bagdja, Kepala Kantor Prohumasi IPB Drh RP Agus Lelana SpMP MSi sebagai moderator, utusan mahasiswa FKH dari lima perguruan tinggi, IPB, UGM, Unair, Udayana dan Unsyiah, serta kalangan praktisi petenakan dan kesehatan hewan.
Masalah dunia peternakan yang dimaksud adalah mulai (1) masalah penyakit, seperti flu burung, (2) ketergantungan impor input produksi, seperti pakan untuk unggas sampai 70% dan ternak bakalan sapi potong sampai 450.000 ekor, tahun 2005, (3) ketidakharmonisan kelembagaan dan kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah, (4) belum tuntasnya amandemen Undang Undang Nomor 6/1967 tentang Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan, maupun (5) penyeludupan daging ilegal yang merusak tatanan pasar ataupun mengancam sistem ketahanan nasional.
Menyangkut agribisnis pertanian sebagai leading sector, Menteri Pertanian RI Dr Anton Apriantono secara tertulis menjelaskan bahwa indikator keberhasilan agribisnis pertanian antara lain ditunjukkan dengan kuatnya kita bersaing di pasar bebas maupun meningkatkannya kesejahteraan petani, termasuk peternak kecil.
Namun Direktur Kesehatan Hewan Dr Tri Satya mengakui bahwa untuk mencapai indikator tersebut dibutuhkan waktu yang cukup panjang. ”Dengan bertambahnya penduduk Indonesia, kita tidak mungkin dalam waktu dekat menghentikan impor sapi bakalan, 450.000 ekor tahun 2005. Di bidang perunggasan kita mampu memberikan kontribusi ekonomi, tetapi bidang ini sensitif terhadap perubahan kurs mata uang asing karena 70% bahan pakan tergantung impor.”
Bahkan, pihaknya mengalami kesulitan untuk mengharmonikan kebijakan Indonesia, sehingga sesuai (compatible) dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE/ Office Internationale four Epizootis) sebagai salah satu syarat bisa bersaing di pasar bebas. ”Hal ini termasuk kaitannya dengan kebijakan daerah” tambah Tri Satya dalam siaran persnya.
Sementara itu, Wiwiek Bagdja menjelaskan bahwa saatnya kita meniru keberhasilan sektor kelautan dan perikanan yang mampu memberikan sentuhan langsung kepada nelayan, dan menggarap hal-hal yang prospektif dan strategis dalam meningkatan ekonomi nasional. Mendapat sanjungan itu, mantan Menteri DKP Prof Rochmin Dahuri yang juga Guru Besar IPB yang sedang dipromosikan sebagai Dirjen FAO menjelaskan bahwa kuncinya adalah terletak pada kemampuan pemerintah merumuskan kebijakan dan membangun infrastruktur.
”Dikaitkan dengan era pasar bebas ASEAN-China 2010, saatnya bagi pengelola sektor kelautan dan perikanan, sektor kehutanan, sektor pertanian dan sektor peternakan dan kesehatan hewan untuk duduk bersama merumuskan pemberdayaan renewable resources Indonesia sebagai platform pembangunan ekonomi nasional,” tegasnya.
Lulusan Kedokteran Hewan
Terkait kemampuan lulusan Kedokteran Hewan menghadapi era pasar bebas tersebut Dekan FKH-IPB Dr Drh Heru Setijanto menjelaskan bahwa lima FKH se-Indonesia dan PB PDHI terus melakukan koordinasi dan kerjasama.
”Kami baru saja menyelesaikan rumusan kompetensi Dokter Hewan Indonesia yang harus diimplementasikan dalam kurikulum masing-masing perguruan tinggi. Kami juga mengharapkan agar Menteri Pertanian sebagai penanggung-jawab penyusunan RUU Kehewanan atau disebut juga RUU Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagai amandemen UU No.6/67 segera dituntaskan, karena disitulah kita memperoleh landasan hukum penyelenggaraan sistem kesehatan hewan nasional yang antara lain mengatur dan mengharuskan distribusi tenaga dokter hewan sampai ke pelosok nusantara.”
Sebagaimana disinyalir, ketentuan Depdagri dalam penerimaan pegawai negeri di daerah istilah dokter hewan tidak ada disana, sehingga dalam 10 tahun terakhir ini tidak ada pengangkatan dokter hewan di daerah. Wiwiek Bagdja menambahkan PB-PDHI sangat menyayangkan sikap beberapa pimpinan daerah yang tidak merasa perlu mengangkat dokter hewan karena sudah ada mantri hewan. ”Ini masih mending. Coba bayangkan, seksi Kesehatan Hewan di suatu daerah dipimpin oleh sarjana IAIN”.
Menyikapi berbagai perkembangan strategis tersebut, khususnya isu-isu yang bersifat kontra produktif terhadap kemampuan Indonesia leading di sektor peternakan dan kesehatan hewan Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia dan Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia) bersama dengan kelompok independen dari Majalah Trubus, Majalah Poultry Indonesia dan Majalah Infovetmembentuk kelompok kajian strategis.
Agus S selaku Sekjen IMAKAHI menjelaskan ”Kami akan melakukan kajian dan memberikan opini publik terhadap berbagai hal yang bersifat hangat dan kontroproduktif terhadap upaya bangsa Indonesia memajukan peternakan dan kesehatan hewan”.

LINGKUNGAN DAN PRODUKTIVITAS TERNAK SAPI POTONG

LINGKUNGAN DAN PRODUKTIVITAS TERNAK SAPI POTONG
Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh besar terhadap kehidupan ruminansia. Oleh karena itu menjadi  hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Sifat-sifat Iklim Di Daerah Tropis
Sifat iklim di daerah tropis seperti di Indonesia tergolong iklim panas dan lembab. Hal ini ditandai dengan kelembaban udara rata-rata di atas 60%, curah hujan rata-rata di atas 1.800 mm/tahun serta perbedaan suhu antara siang dan malam hari tidak begitu menyolok sekitar 2 – 5 0C.
Berkaitan Dengan kehidupan ternak, maka dikenal dua daerah iklim yaitu :
1.                   Daerah beriklim ideal (comfort zone) yang merupakan daerah beriklim normal bagi kehidupan ternak. Pada darah ini ternak bisa hidup nyaman, tanpa harus beradaptasi.
2.                   Daerah beriklim / bersuhu kritis, merupakan daerah yang bersuhu di atas atau di bawah normal. Daerah ini kritis karena memaksa hewan untuk melakukan adaptasi guna mempertahankan kehidupannya. Akibatnya hewan akan stress. Jika suhu tinggi atau sangat dingin, maka hewan akan kehilangan lingkungan untuk hidup nyaman. Untuk adaptasi dengan lingkungan panas hewan umumnya mengeluarkan air lewat keringat, paru-paru dan mulut.

Tipe Iklim dan Hubungannya Dengan Produktivitas Ternak
Berkaitan dengan produktivitas ternak, iklim dapat dikelompokkn menjadi beberapa tipe yaitu :
1.       Tipe Iklim Basah
·         Hanya dijumpai di daerah tropis
·         Sifat-2 :
1.       Suhu udara sedang, tetapi Hujan biasanya lebat sehingga kelembaban tinggi
2.       Jenis vegetasi yang tumbuh adalah hutan yang terdiri dari pepohonan tinggi dengan dedaunan lebat. Sedangkan dibawahnya tumbuh semak-semak dan pepohonan  dengan ketinggian sedang.
3.       Tumbuhan tumbuh dengan cepat, termasuk hijauan pakan ternak mudah diperoleh sepanjang tahun.
·         Pengaruh iklim ini sangat besar terhadap produk peternakan, nilai gizi dan tanah.
4.       Produk Peternakan : Produk peternakan mudah rusak, terutama hasil pangan yang berasal dari hewan yang berkadar protein tinggi akan cepat membusuk karena mudah tercemari oleh bakteri.  
5.       Nilai gizi :
6.       Tanah

2.       Tipe Setengah Basah
-    Merupakan daerah padang rumput yang rumputnya dan pepohonannya tumbuh lebat (savana).
-    Sinar matahari pada musim kemarau panjang dengan suhu yang tinggi
-    Musim hujan kelembaban rendah
-    Daerah ini cocok pengembangan peternakan sapi, namun kekurangannya jaminan untuk kontinuitas pakan
3.       Tipe setengah kering
4.       Tipe kering
Iklim dalam pengertian umum meliputi
Hubungan Temperatur Lingkungan Dan Stress Panas
Lingkungan ternak dapat diklasifikasikan dalam dua komponen, yaitu :
(1)    Abiotik  : semua faktor fisik dan kimia
(2)    Biotik : semua interaksi di antara (perwujudan) makanan, air, predasi, penyakit serta interaksi sosial dan seksual.
Faktor lingkungan abiotik adalah faktor yang paling berperan dalam menyebabkan stres fisiologis (Yousef, 1984). Komponen lingkungan abiotik utama yang pengaruhnya nyata terhadap ternak adalah temperatur, kelembaban (Yousef, 1984; Chantalakhana dan Skunmun, 2002), curah hujan (Chantalakhana dan Skunmun, 2002), angin dan radiasi matahari (Yousef, 1984; Cole and Brander, 1986).
Temperatur Lingkungan
Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius (Yousef, 1984). Secara umum, temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkungan fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai. Banyak species ternak membutuhkan temperatur nyaman 13 – 18 oC (Chantalakhana dan Skunmun, 2002) atau Temperature Humidity Index (THI) < 72 (Davidson, et al. 2000).
Kelembaban
Kelembaban adalah jumlah uap air dalam udara. Kelembaban udara penting, karena mempengaruhi kecepatan kehilangan panas dari ternak. Kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas melalui kulit dan saluran pernafasan (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).
Kelembaban biasanya diekspresikan sebagai kelembaban relatif (Relative Humidity = RH) dalam persentase yaitu ratio dari mol persen fraksi uap air dalam volume udara terhadap mol persen fraksi kejenuhan udara pada temperatur dan tekanan yang sama (Yousef, 1984). Pada saat kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan demikian mempengaruhi keseimbangan termal ternak (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).

Curah Hujan
Selama musim hujan, rata-rata temperatur udara lebih rendah, sedangkan kelembaban tinggi dibanding pada musim panas. Jumlah dan pola curah hujan adalah faktor penting untuk produksi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk suplai makanan bagi ternak.
Curah hujan bersama temperatur dan kelembaban berhubungan dengan masalah penyakit ternak serta parasit internal dan eksternal. Curah hujan dan angin juga dapat menjadi petunjuk orientasi perkandangan ternak (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).
Angin
Menurut Yousef (1984), angin diturunkan oleh  pola tekanan yang luas dalam atmosfir yang berhubungan dengan sumber panas  atau daerah panas dan dingin  pada atmosfir. Kecepatan angin  selalu diukur pada ketinggian tempat ternak berada. Hal ini penting karena transfer panas melalui konveksi dan evaporasi di antara ternak dan lingkungannya dipengaruhi oleh kecepatan angin.
Radiasi Matahari
Menurut Yousef (1984), Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama :
(1)   Temperatur matahari yang tinggi
(2)   Radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir
Petunjuk variasi dan kecepatan radiasi matahari, penting untuk mendesain perkandangan ternak, karena dapat mempengaruhi proses fisiologi ternak (Cole and Brander, 1986).
Lingkungan termal adalah ruang empat dimensi yang sesuai ditempati ternak. Mamalia dapat bertahan hidup dan berkembang pada suatu lingkungan termal yang tidak disukai, tergantung pada kemampuan ternak itu sendiri dalam menggunakan mekanisme fisiologis dan tingkah laku secara efisien untuk mempertahankan keseimbangan panas di antara tubuhnya dan lingkungan (Yousef, 1984).

Produksi Panas dan Kehilangan Panas
Mamalia termasuk di dalamnya sapi potong dan perah, temperatur tubuhnya dikontrol pada level konstan. Hal itu dilakukan dengan termoregulasi. Kondisi khusus ini disebut homoitermis, untuk memelihara proses fisiologis tubuh agar tetap optimum (Sturkie, 1981). Homoitermis dapat terjaga dikarenakan keseimbangan sensitif di antara produksi panas (Heat Production = HP) dan kehilangan panas (Heat Loss = HL). Hal tersebut digambarkan dalam skema berikut.