profil;

profil;

Senin, 06 Juni 2011

LINGKUNGAN DAN PRODUKTIVITAS TERNAK SAPI POTONG

LINGKUNGAN DAN PRODUKTIVITAS TERNAK SAPI POTONG
Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh besar terhadap kehidupan ruminansia. Oleh karena itu menjadi  hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Sifat-sifat Iklim Di Daerah Tropis
Sifat iklim di daerah tropis seperti di Indonesia tergolong iklim panas dan lembab. Hal ini ditandai dengan kelembaban udara rata-rata di atas 60%, curah hujan rata-rata di atas 1.800 mm/tahun serta perbedaan suhu antara siang dan malam hari tidak begitu menyolok sekitar 2 – 5 0C.
Berkaitan Dengan kehidupan ternak, maka dikenal dua daerah iklim yaitu :
1.                   Daerah beriklim ideal (comfort zone) yang merupakan daerah beriklim normal bagi kehidupan ternak. Pada darah ini ternak bisa hidup nyaman, tanpa harus beradaptasi.
2.                   Daerah beriklim / bersuhu kritis, merupakan daerah yang bersuhu di atas atau di bawah normal. Daerah ini kritis karena memaksa hewan untuk melakukan adaptasi guna mempertahankan kehidupannya. Akibatnya hewan akan stress. Jika suhu tinggi atau sangat dingin, maka hewan akan kehilangan lingkungan untuk hidup nyaman. Untuk adaptasi dengan lingkungan panas hewan umumnya mengeluarkan air lewat keringat, paru-paru dan mulut.

Tipe Iklim dan Hubungannya Dengan Produktivitas Ternak
Berkaitan dengan produktivitas ternak, iklim dapat dikelompokkn menjadi beberapa tipe yaitu :
1.       Tipe Iklim Basah
·         Hanya dijumpai di daerah tropis
·         Sifat-2 :
1.       Suhu udara sedang, tetapi Hujan biasanya lebat sehingga kelembaban tinggi
2.       Jenis vegetasi yang tumbuh adalah hutan yang terdiri dari pepohonan tinggi dengan dedaunan lebat. Sedangkan dibawahnya tumbuh semak-semak dan pepohonan  dengan ketinggian sedang.
3.       Tumbuhan tumbuh dengan cepat, termasuk hijauan pakan ternak mudah diperoleh sepanjang tahun.
·         Pengaruh iklim ini sangat besar terhadap produk peternakan, nilai gizi dan tanah.
4.       Produk Peternakan : Produk peternakan mudah rusak, terutama hasil pangan yang berasal dari hewan yang berkadar protein tinggi akan cepat membusuk karena mudah tercemari oleh bakteri.  
5.       Nilai gizi :
6.       Tanah

2.       Tipe Setengah Basah
-    Merupakan daerah padang rumput yang rumputnya dan pepohonannya tumbuh lebat (savana).
-    Sinar matahari pada musim kemarau panjang dengan suhu yang tinggi
-    Musim hujan kelembaban rendah
-    Daerah ini cocok pengembangan peternakan sapi, namun kekurangannya jaminan untuk kontinuitas pakan
3.       Tipe setengah kering
4.       Tipe kering
Iklim dalam pengertian umum meliputi
Hubungan Temperatur Lingkungan Dan Stress Panas
Lingkungan ternak dapat diklasifikasikan dalam dua komponen, yaitu :
(1)    Abiotik  : semua faktor fisik dan kimia
(2)    Biotik : semua interaksi di antara (perwujudan) makanan, air, predasi, penyakit serta interaksi sosial dan seksual.
Faktor lingkungan abiotik adalah faktor yang paling berperan dalam menyebabkan stres fisiologis (Yousef, 1984). Komponen lingkungan abiotik utama yang pengaruhnya nyata terhadap ternak adalah temperatur, kelembaban (Yousef, 1984; Chantalakhana dan Skunmun, 2002), curah hujan (Chantalakhana dan Skunmun, 2002), angin dan radiasi matahari (Yousef, 1984; Cole and Brander, 1986).
Temperatur Lingkungan
Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius (Yousef, 1984). Secara umum, temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkungan fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai. Banyak species ternak membutuhkan temperatur nyaman 13 – 18 oC (Chantalakhana dan Skunmun, 2002) atau Temperature Humidity Index (THI) < 72 (Davidson, et al. 2000).
Kelembaban
Kelembaban adalah jumlah uap air dalam udara. Kelembaban udara penting, karena mempengaruhi kecepatan kehilangan panas dari ternak. Kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas melalui kulit dan saluran pernafasan (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).
Kelembaban biasanya diekspresikan sebagai kelembaban relatif (Relative Humidity = RH) dalam persentase yaitu ratio dari mol persen fraksi uap air dalam volume udara terhadap mol persen fraksi kejenuhan udara pada temperatur dan tekanan yang sama (Yousef, 1984). Pada saat kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan demikian mempengaruhi keseimbangan termal ternak (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).

Curah Hujan
Selama musim hujan, rata-rata temperatur udara lebih rendah, sedangkan kelembaban tinggi dibanding pada musim panas. Jumlah dan pola curah hujan adalah faktor penting untuk produksi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk suplai makanan bagi ternak.
Curah hujan bersama temperatur dan kelembaban berhubungan dengan masalah penyakit ternak serta parasit internal dan eksternal. Curah hujan dan angin juga dapat menjadi petunjuk orientasi perkandangan ternak (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).
Angin
Menurut Yousef (1984), angin diturunkan oleh  pola tekanan yang luas dalam atmosfir yang berhubungan dengan sumber panas  atau daerah panas dan dingin  pada atmosfir. Kecepatan angin  selalu diukur pada ketinggian tempat ternak berada. Hal ini penting karena transfer panas melalui konveksi dan evaporasi di antara ternak dan lingkungannya dipengaruhi oleh kecepatan angin.
Radiasi Matahari
Menurut Yousef (1984), Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama :
(1)   Temperatur matahari yang tinggi
(2)   Radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir
Petunjuk variasi dan kecepatan radiasi matahari, penting untuk mendesain perkandangan ternak, karena dapat mempengaruhi proses fisiologi ternak (Cole and Brander, 1986).
Lingkungan termal adalah ruang empat dimensi yang sesuai ditempati ternak. Mamalia dapat bertahan hidup dan berkembang pada suatu lingkungan termal yang tidak disukai, tergantung pada kemampuan ternak itu sendiri dalam menggunakan mekanisme fisiologis dan tingkah laku secara efisien untuk mempertahankan keseimbangan panas di antara tubuhnya dan lingkungan (Yousef, 1984).

Produksi Panas dan Kehilangan Panas
Mamalia termasuk di dalamnya sapi potong dan perah, temperatur tubuhnya dikontrol pada level konstan. Hal itu dilakukan dengan termoregulasi. Kondisi khusus ini disebut homoitermis, untuk memelihara proses fisiologis tubuh agar tetap optimum (Sturkie, 1981). Homoitermis dapat terjaga dikarenakan keseimbangan sensitif di antara produksi panas (Heat Production = HP) dan kehilangan panas (Heat Loss = HL). Hal tersebut digambarkan dalam skema berikut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar